Jember Fashoin Carnaval (JFC) 2012
Rabu, 06 Februari 2013
Untuk kali pertama, penyelenggara Jember Fashion Carnaval (JFC) melibatkan artis. Penyanyi Ashanty memeragakan busana pada pembukaan JFC 2012, sedangkan suaminya, vokalis, pencipta lagu, dan produser musik Anang Hermansyah tampil pada penutupannya.
"Anang kan orang kelahiran Jember. Lha, Ashanty kemarin (6/7/2012) juga baru saja diresmikan menjadi warga Jember pada acara ngunduh mantu," tutur Dynand Fariz, orang pertama di balik keberhasilan JFC.
"Saya sendiri tidak pernah berpikiran untuk menjadi model dan berjalan di atas catwalk. Hanya sekali, sewaktu fashion show seorang rekan," ungkap Ashanty.
Ditambahkan oleh Ashanty, ia merasa terkesan mengikuti JFC 2012, karena JFC merupakan karnaval yang sangat besar. "JFC sudah menduduki posisi keempat sebagai karnaval terbesar di dunia," kata Ashanty.
JFC 2012 dibuka pada Minggu (8/7/2012) siang dan diikuti oleh kira-kira 600 peserta yang mengenakan kostum megah karya mereka sendiri. Dalam karnaval tersebut, Anang dan Ashanty mengenakan busana yang terinspirasi oleh budaya Papua.
Sumber : Kompas.com (8/7/2012)
Diposting oleh
jember travel
di
23.43
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
header bergerak
Selasa, 18 September 2012
Diposting oleh
jember travel
di
13.34
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Label:
karyaQ
Watu Ulo Jember
Sabtu, 15 September 2012
Batu Ular/ Watu Ulo jember
Awalnya agar pengunjung bisa sampai
di Tanjung Papuma harus melalui kawasan wisata lain karena pintunya
masih satu, yakni Watu Ulo. Watu Ulo berasal dai bahasa Jawa yang
artinya batu ular. Watu Ulo memiliki mitos, dan bila dihubungkan dengan
cerita rakyat, batu yang menjorok ke laut dan menyerupai ular.
Pada
hari biasa atau kerja, tidak banyak pengunjung yang datang untuk
rekreasi di pantai itu, kecuali pada hari libur dan hari besar.
Sebagian besar wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri kini datang
ke Watu Ulo hanya sekadar singgah, atau sekadar lewat sebelum
melanjutkan perjalanan ke Pantai Papuma.
Walau demikian, Watu Ulo
memiliki acara tradisi tahunan yang dilaksanakan setiap tanggal 1
hingga 10 Syawal. Saat itu adalah puncak dari seluruh kegiatan yang
digelar masyarakat di Desa Sumberrejo, Kecamatan Ambulu, bekerja sama
dengan Dinas Pendapatan Daerah Pemerintah Kabupaten Jember. Masuk ke
kawasan Watu Ulo dikenakan tarif Rp 5.000 per orang, belum termasuk
retribusi kendaraan. Jika melanjutkan perjalanan ke Tanjung Papuma,
satu kendaraan dengan jumlah pengunjung yang sama dalam satu hari itu
dikenai biaya Rp 18.000.
Jika hanya ingin ke Tanjung Papuma saja
tanpa lewat Watu Ulo, sudah ada jalan pintas di pertigaan Dusun
Gemuling Desa Sumberrejo, Kecamatan Ambulu, yang ke arah kanan. Jalur
tersebut untuk memisahkan jalan masuk bagi pengunjung dengan tujuan
utama Pantai Papuma sehingga tidak perlu melewati Pantai Watu Ulo.
Pemisahan jalan ini dilakukan pada tahun 2003.
Meski berliku,
sejak 2010, jalan tersebut sudah mulus, tetapi tetap mendorong
masyarakat untuk perlu mengunjungi Pantai Papuma. Birunya laut dengan
hamparan pasir putih serta kehadiran karang, membuat Pantai Papuma
sungguh menggoda setiap orang.
Sumber : Kompas Cetak (22-6-2012)
Sumber : Kompas Cetak (22-6-2012)
Diposting oleh
jember travel
di
08.46
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Papuma Jember
Jumat, 14 September 2012
PASIR PUTIH MANGLIKAN (Papuma Jember)
Rasa lelah selama hampir empat jam di perjalanan, langsung sirna
begitu memasuki wilayah Watu Ulo hingga Pantai Papuma di Jember, Jawa
Timur. Dari kejauhan, mata sudah dimanjakan dengan birunya air laut,
dan deburan ombak yang memukul batu karang. Di sepanjang tepi jalan,
masih tampak dari rerimbunan pohon jati.
Betapa indah pemandangan di Pantai Papuma yang
merupakan singkatan dari pasir putih malikan. Pasir di pantai yang
melingkar panjang sekitar 35 hektar dengan garis pantai sepanjang 25
kilometer itu memang halus dan putih. Jarak dari Kota Jember ke Pantai
Papuma sekitar 38 kilometer, tapi hampir setiap hari tak kurang dari
100 pengunjung dari berbagai kota di Indonesia datang menikmati
keindahan pantai itu. Salah satu keunikan Papuma, batu-batu malikan
yang bisa mengeluarkan bunyi-bunyian khas seperti musik ketika terkena
ombak.
Karang pipih
Batu malikan merupakan
karang pipih seperti kerang besar yang jumlahnya tujuh, di antaranya
masing-masing bernama Pulau Batara Guru, Pulau Kresna, Pulau Narodo,
Pulau Nusa Barong, Pulau Kajang, dan Pulau Kodok. Bentuk karang yang
dahulu kala sebagai pulau tersebut sangat khas, seperti Pulau Kodok
mirip kodok raksasa, Pulau Narodo mirip topi dewa narada. Dua batu
karang sebagai ikon Papuma adalah batu kajang dan batu narada.
Kekaguman
akan keindahan Tanjung Pasir Putih Malikan atau Tanjung Papuma,
menurut Hartomo, Sekretaris Kecamatan Jombang, Jember, karena
pengunjung tak hanya menikmati birunya laut. Di sepanjang pantai juga
terdapat pedagang sekaligus pemilik warung yang menyediakan masakan
khas pantai, seperti ikan bakar.
Hal itu juga dibenarkan Arjuna,
staf Hubungan Masyarakat Perum Perhutani Jember. Para pengunjung sungguh
dimanjakan dengan keindahan dan eksotika Tanjung Papuma.
Apalagi
Tanjung Papuma juga jadi tempat pendaratan ikan oleh nelayan sehingga
wisatawan bisa melihat langsung ikan segar saat diturunkan dari perahu
nelayan, sekaligus membeli hasil tangkapan nelayan untuk dibakar di
pinggir pantai. Hanya saja, pengunjung perlu waspada saat makan karena masih ada monyet berkeliaran yang selalu siap memangsa makanan yang hendak disantap.
Sungguh
menakjubkan dan menyenangkan bila ingin berwisata dengan keluarga di
lokasi ini karena kawasannya masih sangat alami meski tidak terlalu
luas. Yang pasti pengunjung wisata alam di Pantai Papuma bisa menikmati
keindahan alam termasuk saat terbit dan tenggelamnya matahari.
Menikmati
keindahan alam itu bisa dilakukan dari Sitinggil yang berada di
kawasan Pantai Papuma pada pagi hari saat matahari terbit, dan sore
hari melihat proses matahari terbenam. Sepanjang mata memandang ke laut
lepas dari pasir putih, akan tampak begitu banyak batu karang yang
menyerupai gunung atau bukit. Itu benar-benar indah sekaligus
menakjubkan.
Nuansa hutan
Panorama alam
Papuma sesungguhnya adalah perpaduan antara keindahan alam yang
bernuansa hutan, laut, gugusan pulau yang menggunakan nama pewayangan.
Saat air surut, pengunjung bisa mendekat gunung narada dan memegang
langsung, bahkan banyak yang memanfaatkan untuk memancing di sekitar
batu karang. Sebaliknya, saat air pasang dan ombak menjulang tinggi,
maka akan tersuguhkan keindahan deburan ombak menghantam karang-karang
tersebut.
Pengelola Pantai Papuma juga telah menyediakan beberapa
lokasi berkemah yang menawarkan suasana yang sensasional di waktu malam
sambil berkreativitas di alam bebas. Di kawasan hutan itu tersedia
areal untuk berkemah dan menggelar kegiatan latihan di luar ruang.
Perhutani
yang mengelola kawasan itu menyediakan peralatan yang bisa disewa
dengan tarif terjangkau, antara lain tenda kemah pramuka biasa dan tenda
eksekutif. ”Kami juga menyediakan peralatan untuk penerangan
perkemahan,” ungkap Darwi, pengelola Tanjung Papuma.
Malah sejak
setahun ini di Tanjung Papuma telah ada wihara Papuma yang dibangun oleh
pengusaha asal Surabaya. Wihara ini makin ramai dikunjungi, terutama
menjelang sore hari. Pengelola juga menyediakan 21 unit tempat
penginapan antara lain berupa cottages panggung sebanyak 7 unit, pondok
jati 3 unit, pondok rimba 4 unit, pondok mahoni 4 unit, pondok kajang,
dan pondok sengon, serta pondok jabon masing-masing satu unit. Tarif
penginapan berkisar Rp 125.000–Rp 400.000 per malam.
Tarif masuk
ke lokasi Pantai Papuma pada hari biasa yakni Rp 5.000, lalu Rp 7.000
ketika hari libur termasuk akhir pekan. Kendaraan roda dua dikenai tarif
parkir Rp 1.000, roda empat Rp 2.000 dan roda enam Rp 6.000 per unit.
Keindahan
lokasi wisata itu mulai bisa dirasakan keindahannya sejak perjalanan
dari Watu Ulo dan Tanjung Papuma. Kedua lokasi wisata tersebut
sebenarnya berada pada satu hamparan gugusan pantai panjang yang
dipisahkan tebing terjal. Namun kedua lokasi wisata ini dikelola oleh
manajemen berbeda.
sumber : Kompas Cetak (22-6-2012)
Diposting oleh
jember travel
di
09.28
0
komentar
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Langganan:
Postingan (Atom)