PASIR PUTIH MANGLIKAN (Papuma Jember)
Rasa lelah selama hampir empat jam di perjalanan, langsung sirna
begitu memasuki wilayah Watu Ulo hingga Pantai Papuma di Jember, Jawa
Timur. Dari kejauhan, mata sudah dimanjakan dengan birunya air laut,
dan deburan ombak yang memukul batu karang. Di sepanjang tepi jalan,
masih tampak dari rerimbunan pohon jati.

Karang pipih
Batu malikan merupakan
karang pipih seperti kerang besar yang jumlahnya tujuh, di antaranya
masing-masing bernama Pulau Batara Guru, Pulau Kresna, Pulau Narodo,
Pulau Nusa Barong, Pulau Kajang, dan Pulau Kodok. Bentuk karang yang
dahulu kala sebagai pulau tersebut sangat khas, seperti Pulau Kodok
mirip kodok raksasa, Pulau Narodo mirip topi dewa narada. Dua batu
karang sebagai ikon Papuma adalah batu kajang dan batu narada.
Hal itu juga dibenarkan Arjuna,
staf Hubungan Masyarakat Perum Perhutani Jember. Para pengunjung sungguh
dimanjakan dengan keindahan dan eksotika Tanjung Papuma.
Apalagi
Tanjung Papuma juga jadi tempat pendaratan ikan oleh nelayan sehingga
wisatawan bisa melihat langsung ikan segar saat diturunkan dari perahu
nelayan, sekaligus membeli hasil tangkapan nelayan untuk dibakar di
pinggir pantai. Hanya saja, pengunjung perlu waspada saat makan karena masih ada monyet berkeliaran yang selalu siap memangsa makanan yang hendak disantap.
Sungguh
menakjubkan dan menyenangkan bila ingin berwisata dengan keluarga di
lokasi ini karena kawasannya masih sangat alami meski tidak terlalu
luas. Yang pasti pengunjung wisata alam di Pantai Papuma bisa menikmati
keindahan alam termasuk saat terbit dan tenggelamnya matahari.
Menikmati
keindahan alam itu bisa dilakukan dari Sitinggil yang berada di
kawasan Pantai Papuma pada pagi hari saat matahari terbit, dan sore
hari melihat proses matahari terbenam. Sepanjang mata memandang ke laut
lepas dari pasir putih, akan tampak begitu banyak batu karang yang
menyerupai gunung atau bukit. Itu benar-benar indah sekaligus
menakjubkan.
Nuansa hutan
Panorama alam
Papuma sesungguhnya adalah perpaduan antara keindahan alam yang
bernuansa hutan, laut, gugusan pulau yang menggunakan nama pewayangan.
Saat air surut, pengunjung bisa mendekat gunung narada dan memegang
langsung, bahkan banyak yang memanfaatkan untuk memancing di sekitar
batu karang. Sebaliknya, saat air pasang dan ombak menjulang tinggi,
maka akan tersuguhkan keindahan deburan ombak menghantam karang-karang
tersebut.
Pengelola Pantai Papuma juga telah menyediakan beberapa
lokasi berkemah yang menawarkan suasana yang sensasional di waktu malam
sambil berkreativitas di alam bebas. Di kawasan hutan itu tersedia
areal untuk berkemah dan menggelar kegiatan latihan di luar ruang.
Perhutani
yang mengelola kawasan itu menyediakan peralatan yang bisa disewa
dengan tarif terjangkau, antara lain tenda kemah pramuka biasa dan tenda
eksekutif. ”Kami juga menyediakan peralatan untuk penerangan
perkemahan,” ungkap Darwi, pengelola Tanjung Papuma.
Malah sejak
setahun ini di Tanjung Papuma telah ada wihara Papuma yang dibangun oleh
pengusaha asal Surabaya. Wihara ini makin ramai dikunjungi, terutama
menjelang sore hari. Pengelola juga menyediakan 21 unit tempat
penginapan antara lain berupa cottages panggung sebanyak 7 unit, pondok
jati 3 unit, pondok rimba 4 unit, pondok mahoni 4 unit, pondok kajang,
dan pondok sengon, serta pondok jabon masing-masing satu unit. Tarif
penginapan berkisar Rp 125.000–Rp 400.000 per malam.
Tarif masuk
ke lokasi Pantai Papuma pada hari biasa yakni Rp 5.000, lalu Rp 7.000
ketika hari libur termasuk akhir pekan. Kendaraan roda dua dikenai tarif
parkir Rp 1.000, roda empat Rp 2.000 dan roda enam Rp 6.000 per unit.
Keindahan
lokasi wisata itu mulai bisa dirasakan keindahannya sejak perjalanan
dari Watu Ulo dan Tanjung Papuma. Kedua lokasi wisata tersebut
sebenarnya berada pada satu hamparan gugusan pantai panjang yang
dipisahkan tebing terjal. Namun kedua lokasi wisata ini dikelola oleh
manajemen berbeda.
sumber : Kompas Cetak (22-6-2012)
0 komentar:
Posting Komentar